Halal Tourism Sumbar

Menu

Close

Masjid Agung Nurul Islam Sawahlunto

8Q7H+J43, Pasar, Kec. Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat 27422

Sawahlunto merupakan Kota yang memiliki keragaman budaya. Sleian terkenal karen merupakan kota tua yang menympan banyak tinggalan cagar budaya dari sisa Tambang Batu Bara pada zaman kuno. Sawahlunto juga lengkap memiliki peninggalan yang menjadi infrastruktur Kota termasuk tempat peribadatan.

Ditengah Kota Sawahlunto, tepatnya di Jalan Proklamasi, Kelurahan Kubang Sirakuk Utara, Kecamatan Lembah Segar terdapat sebuah masjid yang berada di antara jalan raya dan jalur rel kereta api kuno. Masjid Nurul Islam menjadi Masjid terbesar saat ini di Kota Sawahlunto. Masjid ini pada awalnya merupakan PLTU pertama Kota Sawahlunto yang dibangun oleh Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin pada rentang tahun 1894-1898. Pada masa awal kemerdekaan Sentral listrik ini dijadikan pabrik perakitan senjata oleh pejuang Sawahlunto. Pada tahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak diatas tapak bangunan sentral listrik itu dibangun sebuah masjid. Masjid itu diberi nama masjid Agung Nurul Islam. 

Bangunan Electrische Centrale atau Sentral Listrik Kubang Siarakuak berada dipinggir Sungai Lunto tepatdi ujung jembatan Kereta Api dekat Pasar Sawahlunto. PLTUpertama di Sawahlunto ini dibangun dalam rentang tahun 1904-1905 Pembangkit Listrik (Electriciteits Centrale) ini generatornya digerakkan oleh tenaga uap. Pada mulanya pembangkit listrik itu dipasang mesin berkekuatan 1.000 HP. Karena kebutuhan listrik yang terus meningkat, daya yang tersedia tidak lagi mencukupi listrik berbagai peralatan dan mesin pertambangan, penerangan kota, gedung, kantor dan rumah di Sawahlunto. Untuk itu kekuatan mesin ditingkatkan menjadi 1500 HP. Kemudian dinaikan lagi mesin dengan kekuatan 3000 HP. Perkembangan kapasitas mesin dan daya yang dihasilkan menjadikannya sebagai pembangkit listrik terbesar di Hindia Belanda ketika itu. Tegangan yang dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 6000 volt. Listrik ditransfer ke stasiun transformator melalui pipa dan kabel bawah tanah. Transformator dipasang dan ditempatkan dekat daya yang dibutuhkan. Tegangan tinggi 6000 volt akan dikonversi ke yang lebih rendah misalnya 220 volt dan 125 volt.[1]

Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, ditahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak diatas tapak bangunan Sentral Listrik itu didirikan sarana ibadah umat muslim Kota Sawahlunto. Sebuah mesjid kota didirikan dengan nama Mesjid Agung Nurul Islam. Sementara basementnya di tutup tanpa ditimbun dan menara cerobong asap PLTU dijadikan menara mesjid.

Semenjak PLTU ini telah berubah menjadi bangunan masjid, namun ada saja para jemaah yang datang dan sekedar ingin mengetahui sejarah pada masjid ini. Selain ingin mengunjungi basementnya, mereka juga ingin mengetahui sejarah dari menara masjid yang terlihat sangat mencolok di tengah kota. Selain Basement dan Menara Masjid, Tapak Masjid dan bak air masjid ini juga merupakan bagian-bagian yang menjadi saksi sejarah mas lampau.

Ruang basement dengan lorong-lorong dan pilar-pilar bata dan semen coran yang berlapis bentuknya menyerupai labirin. Pilar-pilar basement itu juga menjadi pondasi bangunan Mesjid Nurul Iman. Mesjid seolah-olah bertengger di basement bekas Sentral Listrik. Bak untuk penampungan air, sampai sekarang masih dapat menampung air untuk kebutuhan mesjid. Sebagai sebuah mesjid bangunanya diberi 1 kubah besar ditengah atas bangunan dan 4 kubah yang lebih kecil di empat sudut bangunan mesjid. Namun terdapat sepotong sisa bangunan Sentral Listrik yang dapa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan masjid. Bangunan ini berlantai dua, lantai dasar difungsikan sebagai tempat berwudhu sedangkan lantai atas difungsikan sebagai TPA. Bangunan ini telah mengalami perubahan terutama pada bagian atap bangunan dengan memasang atap gonjong empat.

Hingga saat ini, Masjid Nurul Islam masih menjaga eksistensinya sebagai Masjid terbesar di Kota Sawahlunto. Berbagai kegiatan keagamaan di masjid ini, membuat suasana masjid selalu ramai dan terasa sejuk dengan banyaknya umat yang beibadah. Selain digunakan untuk Sholat Wajib Lima Waktu,  kegiatan lain seperti pengajian oleh anak panti asuhan dan TPA juga rutin setiap hari, mulai dari sore hari, hingga malam hari. Untuk kegiatan mingguan ada wirid bersama. Selain itu, aktifitas lainnya adalah sebagai tempat Qurban pada Hari Raya Idul Adha, pembagian takjil di Bulan Ramdhan dan aktifitas ibadah Bulan Ramadhan lainnya.

Tak hanya kegiatan Ibadah Agama, Masjid Nurul Islam juga digunakan untuk kegiatan adat, terutama untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan tata krama adat dan agama. Sementara itu, pada halaman luar masjid juga sering digunakan oleh para muda-mudi untuk berlatih silat pada setiap akhir pekan.

Mengunjungi masjid Nurul Islam tanpa mengulik sisi sejarah dan berbagai aktifitas didalamnya rasanya kurang lengkap. Masjid yang masih erat kaitannya dengan sejarah Kota dan saat ini masih terus dijaga oleh masyarakatnya membuat masjid ini tatap berdiri kokoh ditengah pesatnya perkembangan kota. Namun sejarah masa lalu tak pernah terpinggirkan.