M9J4+HWX, Koto Gadang, Kec. Iv Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat 26181
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Salah satu masjid tertua yang tercatat dalam Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat adalah Masjid Nurul Iman Koto Gadang.
Masjid ini dapat dikunjungi di daerah Koto Gadang atau seberang kota Bukittinggi. Yang memisahkan adalah Ngarai Sianok. Terletak di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Koto Gadang. Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Tapi Koto Gadang, karena posisinya berada diujung paling depan jalan yang daerahnya di tepi.
Masjid ini dahulunya dikenal dengan nama Masjid Jami’ Lama yang berdiri pada 1856. Bangunannya bergaya khas Minangkabau dengan atap meruncing berbentuk Limas. Namun banyak mendapat kerusakan akibat gempa Padang Panjang tahun 1926.
Masjid Jami’ Lama terbuat dari kayu, bangunan bergaya arsitektur Minangkabau ini berukuran 20×20 meter. Ada juga sebuah menara di atapnya. Atapnya tidak memiliki kubah, tetapi terdiri dari beberapa atap gonjong , atap gaya Minangkabau, terbuat dari ijuk. Satu gonjong di tengah diapit oleh delapan gonjong kecil di sekelilingnya.
Pada tanggal 28 Juni 1926, gempa bumi berkekuatan 7,6 SR melanda Padang Panjang dan menyebabkan kerusakan pada dinding masjid. Beberapa tembok runtuh dan bagian-bagian yang masih berdiri retak-retak. Ditakuti oleh bahaya, bangunan masjid itu akhirnya dibongkar. Dalam rapat yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat setempat pada tanggal 18 Juli 1926, disepakati untuk segera mendirikan masjid baru dengan membentuk panitia yang diketuai oleh Yahya Datuk Kayo, yakni yang juga merancang Jam Gadang yang juga merupakan seorang anggota Volksraad yang mewakili Minangkabau.
Selama hampir lima tahun, panitia pembangunan masjid yang diketuai oleh oleh A.M. Sutan Maharaja dapat menghimpun uang sebesar 848,50 gulden. Namun, kekurangan uang yang cukup banyak dicarikan dengan meminjam uang 2.000 gulden. Masjid yang baru dapat dibangun dalam tempo yang relatif singkat, dan akhirnya diresmikan pemakaiannya pada Jumat, 5 Februari 1932.
Bentuk Masjid dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, bentuknya bangunan masjid baru benar-benar berubah dari pendahulunya. Namun, bangunan masjid kembali hancur akibat gempa pada Maret 2007 silam. Sejak itu masjid dipugar dengan bentuk yang mirip dengan sebelum gempa.
Kemudian, setelah berdiri sekian lama, gempa bumi pada bulan Maret 2007 kembali membuat bangunan masjid rusak. Dengan bantuan para perantau Minang dan masyarakat setempat, dalam beberapa bulan masjid ini bisa dibangun kembali.
Koto Gadang adalah nagari yang terletak di sebelah barat Kota Bukittinggi. Jaraknya hanya beberapa kilometer saja dari kota, tetapi dipisahkan oleh lembah Ngarai Sianok yang curam. Nagari ini cukup tenang, lengang. Berada di daerah ketinggian dengan udara yang dingin.
Banyak orang telah pindah ke kota-kota besar. Hanya pada hari libur dan perayaan seperti lebaran, orang-orang akan pulang kampung. Kemudian setelah lebaran, Koto Gadang akan kembali lengang, sebagaimana banyak nagari lainnya di Minangkabau yang ditinggal pergi oleh masyarakatnya merantau ke berbagai belahan dunia.
Luas Koto Gadang hanya sekitar 600 hektare. Namun, karena letaknya yang berbatasan dengan lembah, akses untuk masuk dan keluar ke nagari ini hanya dapat dilewati melalui satu jalan. Di ujung paling depan jalan inilah berdiri sebuah masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nurul Iman Koto Gadang