Sebagai salah satu basis syiar Islam di Minangkabau, Maninjau memiliki banyak masjid bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang. Di antaranya adalah Masjid Al-Ihsan Gasang.
Masjid Al-Ihsan Gasang berlokasi persis di pinggir Danau Maninjau, tepatnya di Jorong Gasang. Berdasarkan keterangan dari papan nama yang ada, masjid ini dibangun pada tahun 1915.
Menurut tata ruangnya, masjid ini terdiri dari tiga bagian, yakni ruang utama yang berfungsi untuk salat, ruang beranda yang menghadap ke jalan, dan ruang mihrab yang menghadap ke danau.
Ruang utama memiliki denah persegi dengan atap bersusun lima. Tiga atap paling bawah berdenah persegi, sedangkan dua atap paling atas berdenah persegi delapan dengan bentuk seperti payung terkembang.
Ukuran atap makin kecil ke atas dan di puncaknya terdapat kubah. Di bawah atap payung, terdapat ruangan kecil dengan partisi jendela yang mengikuti bentuk denah atap, yakni persegi delapan.
Secara umum, bentuk atap Masjid Al-Ihsan Gasang yang demikian tak jauh berbeda dengan masjid lainnya di tepi Danau Maninjau, seperti Masjid Raya Maninjau dan Masjid Ummul Qura.
Pada teras berbentuk lorong yang mengelilingi bangunan, kita dapat melihat bentuk lengkung di antara pilar di sepanjang sisinya. Lengkung ini terbuat dari bata dengan sedikit profil mengikuti lengkungan yang ada. Di bawahnya, terdapat pagar dari bata dan pagar besi.
Berlokasi di pinggir jalan raya lingkar Maninjau, Masjid Al-Ihsan Gasang cocok menjadi tempat singgah dalam perjalanan sembari salat dan beristirahat. Pasalnya, di sini terhadap hal menarik, yaitu kolam ikan atau warga sekitar menyebutnya tabek.
Tabek ini dihuni oleh ikan jenis nila dan majalaya yang cukup besar, dengan berat 1 hingga 3 kg. Jumlahnya mencapai ribuan. Oleh sebab itu, warga menjulukinya lauak saribu (artinya seribu ikan). Menurut salah seorang pengurus masjid, Busra Algeri, ikan ini dapat dijual bilamana masjid membutuhkan dana dalam memenuhi kebutuhan operasional maupun pembangunan.